Selamat Datang di Blog saya! Tuhan Memberkati...

SALAM DAMAI DALAM KASIH TUHAN SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT GBU

Selasa, 28 Agustus 2012

HIV/AIDS dan Teologi Kristen

oleh: Pdt. Dr. Martin Lukito Sinaga


Selama tiga dasawarsa, HIV dan AIDS terus menimbulkan kesedihan : hampir 30 juta orang direnggut nyawanya oleh AIDS, dan 33.3 juta hidup dengan HIV pada tahun 2009. Secara keseluruhan, 2.6 juta orang baru terinfeksi HIV hanya pada tahun 2009, dan 400.000 dari mereka adalah anak-anak. Virus ini terutama menular melalui hubungan seks (pada kisaran 80%). UNAIDS menyatakan bahwa ada tanda-tanda di belahan dunia tertentu epidemi ini sudah lebih stabil atau menurun. Kecenderungan ini berhubungan dengan perubahan perilaku, kata UNAIDS, “orang sekarang melakukan praktek seksual yang lebih aman dan berhubungan seks dengan lebih sedikit mitra, sedangkan kaum muda memilih berhubungan seks pada usia lebih dewasa”.


Sayangnya, epidemi HIV dan AIDS telah menjadi epideminya kaum perempuan dan anak-anak dan kaum muda. Dari 33.3 juta orang dewasa yang hidup dengan HIV dan AIDS pada akhir tahun 2009, lebih dari 50%-nya adalah perempuan. Setiap hari 900 bayi terlahir dengan HIV. Secara global, dua juta anak sekarang hidup dengan HIV, termasuk di Indonesia.

Teologi Kasih, bukan Penghukuman

Epidemi HIV dan AIDS merupakan krisis. Baik yang terinfeksi maupun yang terkena getahnya membutuhkan pemberdayaan untuk keluar dari krisis, dan iman untuk mengatasi. Alkitab dan teologi AIDS mengajak kita untuk berpaling kepada Allah di dalam iman, dan menerima kesimpulan bahwa meskipun ada epidemi HIV dan AIDS: (1) Allah berkuasa penuh, mengasihi, berpihak dan membela, serta tidak menentang kita, termasuk dalam krisis ini (Mzm. 100:3,5; Rm. 8:31-39). (2) Allah itu peduli. Ia menghendaki kesejahteraan utuh kita sebagaimana yang dipersaksikan Kitab Suci.

Kehadiran Allah yang menghiburkan merupakan kebutuhan terpenting kita dalam krisis AIDS. Jika Allah itu benar sang Immanuel, Ia pasti hadir dalam krisis epidemi HIV dan AIDS. Kehadiran Allah berarti Allah yang memimpin. Ini mengingatkan kita akan inkarnasi Kristus dan berarti Allah menerima kita tanpa syarat dan merasakan pengalaman kita. Allah tidak membiarkan kematian dan penderitaan kita. Kehadiran-Nya menebus dan transformatif, membuat kita dapat saling menerima tanpa syarat, dalam kasih, dan bertindak untuk menguatkan.

Selaku penganut ajaran Lutheran, kita menganut pandangan alkitabiah dan teologis tertentu. Alkitab bukanlah buku acuan untuk semua situasi yang mungkin terjadi. Sebab jika demikian, Alkitab akan menjadi tidak relevan dengan epidemi HIV dan AIDS yang tidak disebut-sebut di dalam Alkitab. Alkitab adalah kesaksian akan niat Allah yang menebuskan. Untuk mengetahui tindakan yang dibutuhkan dalam situasi tertentu orang harus didorong oleh kasih dan menggunakan akal sehat pemberian Allah – yaitu daya tangkap dan nalar. Berdasarkan kasih, orang harus maju, mencari cara terbaik pencegahan penularan HIV/AIDS, sambil percaya bahwa Allah beserta kita.

Maka, mari mencoba menerapkan model ABC pencegahan HIV ini:

A (Abstain) atau Tidak berhubungan seks: Untuk menghindari penularan HIV melalui jalur seksual, orang harus tidak melakukan hubungan seks, menghindari atau menunda aktivitas seksual jika ia dapat memperhitungkan resikonya. Bagi banyak orang di masyarakat, hal ini bukanlah pilihan yang realistis.

B (Be Faithful) atau Bersikap setia: Karena itu, hanya melakukan dan setia dengan satu mitra seksual yang setia dan negatif HIV adalah tindakan yang baik. Semakin sering hubungan seksual dilakukan dengan lebih dari satu mitra seksual, semakin besar resiko tertular HIV. Pesan ini tentu harus diberitakan dan dipromosikan oleh gereja, meskipun pemberitaan dan promosi tidak memberikan perlindungan penuh dari virus HIV tersebut.

C (Condom): Kondom mencegah pertukaran cairan tubuh dari tubuh yang satu ke tubuh lain. Kondom juga mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. “Jika Anda tidak yakin 100% dengan status HIV Anda atau mitra seksual Anda, menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks merupakan cara terbaik melindungi diri sendiri”, demikian kita baca dalam brosur lembaga PBB yang menangani HIV/AIDS (UNAIDS).

Akhirnya kita bisa tegaskan di sini bahwa sebelum AIDS, Allah telah memerintahkan kita untuk memberitakan penolakan terhadap tiga hal, yaitu perzinahan, prostitusi dan hubungan seks di luar nikah. Kini setelah AIDS hadir di dunia, Allah juga berfirman agar kita tidak melakukan pembunuhan dan bunuh diri (maka cegahlah penularan HIV/AIDS Yang bisa membunuh tersebut, dengan memilih ABC di atas).


(tulisan ini disadur dari majalah AB GKPS edisi 459 Juli 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda!