Selamat Datang di Blog saya! Tuhan Memberkati...

SALAM DAMAI DALAM KASIH TUHAN SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT GBU

Kamis, 01 Maret 2012

Markus 8:31-38 (bahan sermonku)


MINGGU REMINISCERE: Sai dingat Ham ma ahu ale Jahowa!
04 Maret 2012
Ambilan : Markus 8:31-38
Sibasaon : Psalmen 22: 23-31
Warna liturgi: Ungu
Topik Mingguan: Paruhuri ham ma aha na iparuhurhon Naibata
Jumat,2 maret 2012

Tuhan Mengingat orang yang Setia kepada-Nya!
  1. Keempat Injil dalam Alkitab sering [masih] dipertanyakan relevansinya dalam pewartaan akan Tuhan Yesus. Jawaban sederhananya adalah; Allah memilih beberapa orang beriman [penulis Kitab Injil; Matius, Markus, Lukas dan Yohanes] untuk memenuhi kebutuhan Rohani Gereja perdana akan kebenaran Inil [Yesus Kristus]. dari keempat Injil ini, kita menemukan Injil Markus dalam persfektif yang sederhana dan menantang untuk menjelaskan Tuhan Yesus, yaitu; kehidupan Yesus berpusat pada kematian dan makna sengsara-Nya. Pembaca Injil ini juga akan dibawa ke dalam suasana misteri siapa Yesus sesungguhnya dan apa artinya menjadi pengikutNya. Injil Markus percaya bahwa tanda yang paling benar sebagai murid adalah percaya sepenuhnya.

  2. Jika kita lihat dalam perkembangan perjalanan hidup Yesus bersama para murid di bab awal Injil Markus ini, kita menemukan banyak Mujizat [dilihat orang banyak dan para murid] seperti; Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus (Mrk. 1:29-34), Yesus menyembuhkan sakit kusta (Mrk 1: 40-45), orang lumpuh disembuhkan (Mrk.2: 1-12), Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabati (Mrk.3:1-6), Yesus menyembuhkan banyak orang (Mrk.3:7-12) angin ribut diredakan (Mrk.4:35-41), Yesus mengusir roh jahat dari orang Geresa (Mrk.5:1-20), Yesus memberi makan lima ribu orang (Mrk.6:30-44), Yesus berjalan di atas air (Mrk.6:45-52), Yesus menyembuhkan orang sakit di Genesaret (Mrk. 6:53-56) dan Yesus menyembuhkan seoarang buta di Betsaida (Mrk.8:22-26).
  3. Semua tanda-tanda Mujizat ini dilihat secara langsung oleh para murid. Mereka tentu mengalami pengalaman religius yang mencengangkan bersama Tuhan Yesus. Pengalaman inilah yang nampaknya mendorong para murid menemukan kerinduan akan pengharapan mesianik dalam diri Yesus Kristus. dan hal itu juga yang membangkitkan semangat nasionalisme trah Dinasti Daud yang akan hadir kembali bersama Tuhan Yesus. Mereka sangat optimis! Tapi, optimisme ini juga yang menimbulkan pertentangan/perbedaan persepsi antara Para Murid dan Tuhan Yesus, maka muncullah misinterpretasi dan miskomunikasi antara mereka.
  4. Perikop ini memperlihatkan hal-hal tersebut. Dimulai saat Tuhan Yesus mengajar mereka dengan tema: penderitaan yang akan dialami Tuhan Yesus [lih. Juga di Mat.16:21-28, dan Luk.9:22-27]. Tuhan Yesus menyebutkan bahwa Anak Manusia (Ia sendiri) akan menderita, ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah hari ketiga (ay.31). kita bisa membayangkan reaksi para murid [dalam perikop ini diwakili oleh Petrus], setelah banyak hal yang mencengangkan/mujizat telah dilakukan Tuhan Yesus, dan setelah semua pengharapan digantungkan kepada Tuhan Yesus, tiba-tiba sang Pahlawan bertutur secara terus terang (ay.32) tentang ‘kekalahan’ [kematian = dibunuh].
  5. Jelas saja para murid tidak siap. Mereka tidak siap menerima berita itu. mereka menginginkan pemimpin yang membebaskan mereka dari kesakitan [penjajahan Romawi dan pemerintahan boneka Dinasti Herodes], bukan pemimpin yang akan mengalami kesakitandan kematian! Akibatnya, di ay. 32, Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia/ Peter took Jesus aside and told Him to stop talking like that [Holy Bible, CEV, dan dalam bahasa Yunani ‘menegor’ disebut: έπιτιμάω = epitimaό = ‘menghardik; berbicara dengan serius; memperingati; melarang; menghukum. Ada 29 kali kalimat ini muncul dalam Perjanjian Baru]. Dari akar kata epitimaό ini, kita bisa menerjamahkan bahwa Petrus dalam ketidak-siapan dan ketidak-relaan sang Gurunya menderita dan mati, mencoba menegur dalam arti berbicara dengan serius atau memperingati Tuhan Yesus, bahwa bagi mereka [para murid] Tuhan Yesus tidak boleh sakit, atau mati. Statemen Tuhan Yesus itu sangat menggangu mereka dan hal itulah yang mendorong Petrus berbicara dengan serius terhadap Tuhan Yesus.
  6. Mendapat perlakuan seperti itu, Tuhan Yesus pun menegor/memarahi Petrus bahkan mengusirnya seolah-olah Petrus adalah ibils (ay.32). sebutan ini bagi Tuhan Yesus disebabkan Petrus berangkat dari pemikiran dirinya sendiri [human oriented] untuk memahami / menerjemahkan cara/pikiran/rancangan Tuhan melalui Tuhan Yesus [lih. Pemazmur dalam Mzm. 139:17, yang mengakui betapa sulitnya Pikiran Tuhan itu, Rm 11:34, sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan?, dan Yes.55:8, sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikian Firman Tuhan.] Petrus yang mencoba memahami dan menetapkan pikiran dan rancangan Tuhan dalam kapasitasnya sendiri, nampaknya layak mendapat teguran keras dari Tuhan Yesus.
  7. Setelah itu, Tuhan Yesus mengalihkan perhatian dari Petrus kepada orang-orang banyak dan para murid (ay.34-35), para pembaca mengetahui bahwa mereka juga harus mengambil bagian dari perjuangan para murid untuk menghadapi kenyataan yang keras, dingin, bahwa Tuhan Yesus bukan seseorang yang ‘akan membereskan segalanyan dengan cepat’, seperti yang mereka harapkan. Hal ini dijelaskan Tuhan Yesus dengan kalimat ‘setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku’. Artinya harus ada pengorbanan. Dan itulah yang akan dilakukan Tuhan Yesus; mengorbankan diri-Nya. Setelah itu, secara radikal Tuhan Yesus berbicara tentang nyawa. Injil Markus menyebutkan bahwa mereka yang menyebut diri sebagai pengikut Yesus harus siap dan bersedia juga kehilangan nyawa sebagai harga yang pantas[konsekuensi] untuk sebutan pengikut Yesus itu. jelas ini tidak mudah, siapa yang rela kehilangan nyawa? Tapi sekali lagi, inilah yang harus dimiliki secara militan oleh orang-orang yang mau mengikut Yesus. Tapi, dibalik itu semua Yesus menambahkan bahwa orang yang kehilangan nyawa karena Tuhan Yesus dan Injil akan mendapatkannya kembali. Lalu, jika direnungkan lebih dalam maka di ayat 36-37, maka dunia dan seisinya toh, akan tidak berguna jika kita kehilangan nyawa. Maka kehilangan nyawa dalam totalitas dan kesetiaan bersama Yesus Sang Pemilik dunia dan seisinya, tentu tidak akan pernah kehilangan apapun.
  8. Ayat 34-37 ini mendesak para murid dan orang banyak itu untuk memilih dan menentukan sikap mereka dengan konsekuensi total sebagai pengikut Yesus [agaknya semua perkataan Tuhan Yesus ini diluar dugaan mereka. Nampaknya mereka memberi pemahaman yang sederhana, indah, menarik dan kemenangan setelah mengikuti Tuhan Yesus, tapi kenyataannya mereka mendapatkan fakta yang berbeda, hidup mengikut Yesus justru sangat sulit dan ‘menakutkan’].
  9. Sekarang mereka diperhadapkan pada pilihan di ayat 34-37 diatas ‘penderitaan’ atau penghakiman: Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus (ay.38).

  1. Nampaknya tidak ada jalan lain untuk menatap teks ini sebagai bagian dari keputusan kita untuk mengikut Tuhan Yesus yaitu:
  • Kita harus menyerahkan hidup dalam seluruh rancangan dan pikiran Tuhan saja.
  • Kita harus mempersiapkan diri dalam seluruh kesukaran dan kesulitan sebagai Pengkut Yesus dengan mengambil bagian dalam penyangkalan diri serta memikul salib.
  • Konsekuensi dari Pengikut Kristus bukan hanya tentang berkat/diberkati saja, tapi seluruh hidup menjadi ‘taruhannya’.
  • Dengan demikian maka kita akan memiliki hidup hari ini dan yang akan datang. Amin.





Referensi.
  1. Alkitab, LAI, Jakarta 2001
  2. Holy Bible, Contemporary English Version, Jakarta: LAI, 2001
  3. Dianne Bergant, CSA and Robert J. Karris, OFM (Ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2002
  4. W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, a dictionary of the Bible, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
  5. Alkitab Edisi Studi, Jakarta: LAI, 2011
  6. Dr. D. F. Walker, Konkordansi Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 20069
  7. Pdt. Hasan Sutanto, D.Th (penerjemah), Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru jilid I, Jakarta: LAI, 2006.
  8. ___________________________________, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru jilid I, Jakarta: LAI, 2006.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda!