Selamat Datang di Blog saya! Tuhan Memberkati...

SALAM DAMAI DALAM KASIH TUHAN SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT GBU

Kamis, 26 Januari 2012

1 Korintus 8:1-13 [bahan sermon]


MINGGU                   : IV Dob Ephipanias
29
  Januari 2011
Ambilan    : 1 Korintus 8:1-13
Sibasaon   :  Psalmen 111:1-10
                  Warna liturgi: Putih
            Topik Mingguan: Itandai Naibata do hita anjaha paridop ni uhur do Ia       

    
Jumat, 27 januari 2012
Jangan Menjadi Sandungan!

1.      Saat Paulus menulis surat ini (sekitar tahun 56-58 M), ada kemungkinan Korintus adalah kota terkemuka sesudah Athena. Korintus ibu kota Akhaya Romawi, menampakkan semua ciri sebagai sebuah kota perdagangan dengan penduduk campuran [plural] dan aktif. Sebagai sebuah kota Yunani yang dibangun kembali oleh orang Roma dibawah pimpinan Yulius Caesar tahun 49 M, Korintus memiliki segala hal yang positif dan negatif sebagai ibu kota kafir yang sedang bergejolak. Terjadi juga sinkritisme keagamaan di sana [percampuran Yahudi, Romawi dan Yunani].


2.      Paulus tinggal lebih lama di kota Korintus (sekitar delapan belas bulan menurut Lukas dalam Kis.18:11) daripada tempat lain. Jemaat Korintus rupanya terdiri dari orang Kristen, Yahudi dan Yunani. Dalam konteks kota yang kompleks ini [percampuran agama, budaya, pengetahuan dan kekafiran], hadir dan juga sedang berkembang kekristenan. Bagi jemaat perdana dan baru berkembang ini, pengaruh kepercayaan lama [kekafiran] ternyata sangat menyita perhatian Paulus dan juga menjadi thema teologis saat itu [ pertentangan apakah wanita dapat melayani ibadah, pakaian yang layak dan sikap liturgi, lih. 1 kor. 11:2-34 dan tentunya pertentangan makanan daging berhala dalam perikop ini].

3.      Salah satu Masalah yang memecah-belah orang-orang Kristen di Korintus adalah tentang makanan yang dipersembahkan kepada berhala, seperti jemaat yang terbagi atas dasar pelayanan (fs 1-4), gaya hidup (fs 7). Untuk itu secara khusus rasul Paulus memberikan jawaban teologis atas persoalan diatas dalam perikop ini.

4.      Ayat 1-4. Daging persembahan berhala. Banyak suku kuno membuat patung (berhala) yang menggambarkan para dewa-dewi yang mereka sembah. Tukang daging biasanya menyiapkan daging untuk berbagai berhala, agar pembeli dapat membawanya ke kuil-kuil sebagai kurban.
Dalam tubuh Gereja, muncul pertentangan akan makanan berhala ini.
Ø  Ada yang berlatar belakang kekafiran dengan pengetahuan kepercayaan sebelumnya dan belum dewasa dalam Kristus. Kepercayaan mereka kepada Kristus sungguh-sungguh, tapi mereka juga percaya kepada roh-roh jahat,
Ø   ada yang dipengaruhi pemikiran Yunani yang rasionalis,
Ø  beberapa orang menghirup skeptisisme, yang mengatakan berhala bukan apa-apa, tapi bersedia untuk ikut serta dalam ibadah atau ritus non kristen demi nilai dan arti sosial (lih.8:8 dan 8:10).
Ø  Ada yang menolak dan menganggap salah jika memakan makanan daging persembahan berhala, sebab dapat memberi kesan bahwa mereka mengakui berhala-berhala itu.

5.       Paulus dalam ayat 4 memberikan jawaban yang jelas dari berbagai pertentangan pemikiran itu dengan sebuah statemen: Tidak ada berhala di dunia ini dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa! Oleh karena sesungguhnya berhala-berhala itu tidak ada, maka Paulus memperbolehkan orang Kristen memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala [kepada yang tidak ada itu].

6.      Paulus memberikan penjelasan dari ayat 4 diatas dengan memberikan penegasan akan doktrin dan dogma kekristenan yang hanya mengakui satu Allah [monotheism]. Dalam realita kehidupan pada saat itu, Paulus sadar dan paham akan banyaknya allah dan banyak tuhan. Memang demikian faktanya, tapi bagi Paulus jelas hanya satu Allah dan Tuhan dalam diri Yesus Kristus. allah dan tuhan dalam banyak keyakinan pada saat itu, adalah cara kekafiran untuk memuja tuhan mereka dalam wujud patung-patung dll. Dan dalam iman keristenan patung-patung dan berhala-berhala itu adalah wujud materi biasa saja, bukan Tuhan dan Allah dalam arti sebenarnya. Itulah alasan maka Paulus dengan tegas dan berani mengatakan bahwa berhala itu tidak ada. Yang ada dan nyata adalah Allah yang dari padanya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup (ay.6).  

7.      Ay.7. Tapi disis lain ada orang...masih terus terikat pada berhala-berhala: orang-orang bukan Yahudi dalam jemaat Korintus perbah percaya bahwa berhala-berhala tertentu benar-benar ada dan hidup. Karena itu, banyak dari mereka yang masih percaya bahwa dengan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, mereka menghianti kepercayaan mereka kepada Allah. Nampaknya mereka sangat antusias kepada Allah, tetapi menjadi peragu sebab masih terikat kepada latar-belakangnya.
8.      Ay.8-10. Paulus memberikan penjelasan tambahan dalam ayat ini untuk memberikan penegasan akan polemik makanan berhala diatas. Bagi Paulus jelas, tidak ada hubungan makanan itu dengan iman seseorang, sehingga permintaannya di ayat ini jelas, supaya polemik ini bisa selesai (baca 1 Kor.6:13). Tapi kebebasan untuk mengkonsumsi makanan tersebut [atau tindakan lainnya] jangan juga menjadi sandungan bagi yang lain (ay.9).

9.      Ay.10. makan di dalam kuil berhala: beberapa orang Kristen Korintus mungkin pernah diundang mengikuti perayaan dalam kuil-kuil setempat. Makanan yang dipersembahkan kepada berhala mungkin disajikan pada perayaan tersebut. Paulus mengingatkan orang Kristen Korintus bahwa memakan makanan tersebut tidak salah dan tidak berarti mereka percaya kepada berhala itu. akan tetapi, jika seseorang yang lemah suara hatinya melihat mereka hadir dan memakan makanan itu, tentu bisa menimbulkan sandungan. Untuk itu, orang Kristen harus hati-hati untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan kesalahpahaman bagi orang lain.

10.  Ay.11-13. Paulus memberikan penegasan akan kemungkinan tersebut diatas. Harus dipahami bahwa ada orang yang belum memiliki pengetahuan yang luas akan seluruh tindakan seseorang atas hal-hal yang masih konntroversi [makanan berhala].  Untuk itu, Paulus meminta supaya seluruh tindakan dan prilaku orang Kristen ini tidak menjadi kontroversi, dan menjadi sandungan bagi orang lain. Maka sebaiknya dihentikan sebab akan menimbulkan dosa juga (ay.12).  Paulus di ayat 13, memberikan teladan dengan sebuah sikap bahwa jika hal itu menjadi sandungan [walaupun bukan hal yang salah], maka bagi Paulus, ia tidak akan memakan daging lagi, supaya tidak menjadi sandungan bagi orang lain. Pilihan Paulus ini sangat baik, sebab untuk apa mempertahankan sesuatu dalam sebuah polemik, jika semua tindakan itu tidak menghasilkan buah yang baik tapi justru mencederai dan menjadi sandungan. Bagi Paulus, makanan itu tidak menjadi persoalan benar atau salah, tapi tindakan kitalah yang pada akhirnya menjadi pilihan, berkat atau sandungan. Untuk itu pilihan Paulus pun jelas, dia tidak mau menjadi sandungan bagi orang lain.

11.  Seorang yang beriman tidak boleh melukai orang lain dan mengucilkan mereka tanpa dosa (lih. Rm 14:23). Untuk itu janganlah ada yang terluka akan tindakan kita. Banyak yang tidak memiliki pengetahuan mengenai hal-hal tertentu. Tindakan seoarang yang beriman bukanlah semata-mata bersifat pribadi, seolah-olah keselamatan tergantung pada pencerahan perorangan. Paulus mengingatkan orang-orang Korintus bahwa banyak diantara mereka baru saja bertobat daari ibadat kepada berhala sehingga suara hati mereka masih lemah dan belum dewasa. Apapun tindakan kita, kadang bukan persoalan benar – salah saja, tapi tepat atau tidak, sehingga kita tidak menjadi sandungan dalam iman kepada orang lain. Amin.

Referensi.
1.      Alkitab, LAI, Jakarta 2001
2.      Dianne Bergant, CSA and Robert J. Karris, OFM (Ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2002
3.      W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, a dictionary of the Bible, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
4.      Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, jilid I A-L: Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1999
5.      Alkitab Edisi Studi, Jakarta: LAI, 2011
6.      Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda!