Selamat Datang di Blog saya! Tuhan Memberkati...

SALAM DAMAI DALAM KASIH TUHAN SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT GBU

Kamis, 02 Februari 2012

Yesaya 40:21-31, (Bahan Sermonku)


MINGGU                   : SEPTUAGESIMA
05
  Pebruari 2012
Ambilan    : Yesaya 40:21-31
Sibasaon   :  Markus 1:29-39
                  Warna liturgi: Hijau
Topik Mingguan: Roh ma bani Naibata halani Ia do na mambere gogoh ampa tonduy banta
Jumat,3 pebruari  2012
Tuhan Allah berkuasa dan membebaskan!
1.      Secara keseluruhan Kitab Yesaya ini hendak menyatakan sebuah fakta historis akan sejarah Israel dalam kurun pra Pembuangan [proto Yesaya 1 s/d 39], era Pembuangan [Deutro Yesaya 40 s/d 55] dan paska pembuangan Babel [Trito Yesaya 56 s/d 66]. Dalam setiap era itu, kita bisa melihat bagaimana hubungan antara Israel sebagai bangsa dengan Tuhan Allah dalam dinamika yang sangat dramatis.
2.      Asal-usul tradisi ini adalah Yesaya dari Yerusalem. Dalam Yesaya 1:1 mengatakan bahwa ia bernubuat dalam zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja dari Yehuda. Nama Yesaya (Ibrani yesya’yahu) yang berarti “Allah akan menyelamatkan” atau mungkin “Allah adalah Keselamatan”, menolong kita mengerti mengapa Yesaya sangat tertarik dengan tema keselamatan.

Dalam Yes.1-39, Allah disebut sebagai Allah yang menyelamatkan (Yes.17:10), yang mengacu khususnya pada pembebasan Asyur (lih. 11:11-16; 21:1). Keselamatan bersifat pribadi (‘keselamatanku”, 12:2; “ TUHAN telah datang menyelamatkanku!”, 38:20) tetapi juga mengarah pada kota (Yes.37:35), orang-orang yang berseru kepada TUHAN (Yes.19:20)...keselamatan adalah pembebasan di waktu kesesakan (Yes.33:2), tetapi uga mengacu kepada ‘waktu itu’ yang dinanti-nantikan oleh umat Allah (Yes.25:9). Dalam Yesaya 40-55, keselamatan juga merupakan pembebasan dari musuh dan penindas (Yes.45:17; 49:25). Dalam Yesaya 56-66, keselamatan bergantung pada melakukan keadilan dan kebenaran (Yes.56:1). Lih. W.S. LaSor, D. A. Hubbard dan F.W. Busah, Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005 hlm.278.
3.      Perikop ini adalah Yesaya kedua (Deutro Yesaya) yang mengemukakan kekuasaan Allah yang transenden pada masa pembuangan Babel. dihadapanNya semua manusia seperti rumput. Yang diungkapkan dalam dua tema yang berbeda [ era ini adalah masa kehancuran Yehuda dan pembuangan ke Babel tahun 586 SM, Yerusalem dihancurkan oleh orang-orang Babel].
a.       Yahwe, Allah Israel adalah pencipta segala sesuatu, yang pertama dan terakhir, karenanya tidak ada Allah lain selain Yahwe. Keberadaan dewa Babel (mis. Bel dan Nebo, lih.46:1), tidak disangkal oleh Yesaya, tepai ia memandang mereka sebagai berhala yang tidak berdaya dan tak mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan, sehingga mereka ‘bukan allah’.
b.      Allah Pencipta adalah penebus Israel yang telah membeli mereka kembali drai negeri perbudakan. Tema ini adalah gagasan dasar bahwa Yahwe terikat dengan Isarel oleh ikatan persaudaraan. Hal ini bisa kita lihat dari 40:3, persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan!
4.      Situasi pembuangan Babel mengakibatkan keputusasaan bangsa itu. pengharapan mereka akan keselamatan menjadi sesuatu yang utopis, nyaris mustahil. Bangsa  Mesir, Asyur, dianggap sebagai kekuatan yang rill dan masuk akal sebagai jalan untuk bebas. Babel yang kuat dan perkasa  harus dihadapi dengan kekuatan yang sama. Dan inilah yang tidak mungkin. Israel terpenjara dalam pembuangan Babel, tak merdeka dan berdaulat dan tak memiliki kemampuan militer. Mata bangsa ini tertutup oleh situasi yang demikian hebat, dan melupakan Allah mereka yang dalam sejarah telah membuktikan bahwa Ia berkuasa dan Berdaulat atas semua yang ada di dunia ini. Nampaknya ini yang hendak dinyatakan oleh Allah melalui nabi Yesaya dalam perikop ini.
5.      40:12-31. Allah yang tak tertandingi!
Ada tiga bagian dalam perikop diatas yang hendak menggambarkan Allah Isarel.
Pertama (12-17), mengajukan pertanyaan-pertanyaan retoris yang mengingatkan pada Ayub 38-41. Jawaban implisitnya ialah bahwa Yahwe saja yang menciptakan dunia. Bangsa-bangsa bukanlah apa-apa dihadapan Allah, karena seluruh bumi ada ditangan-Nya.
Kedua (18-24) dimulai dengan pertanyaan retoris yang lain: dengan siapa Allah dapat dibandingkan? Deutro Yesaya mengejek para pembuat patung. Pertanyaannya: tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? (40:21). Apa yang telah dikatakan sejak permulaan adalah kekuasaan Allah yang membuat para pangeran /pembesar tidak berdaya dan membuat para pemimpin tak berguna (40:23; bdk. Mzm 107). Kemampuan Yahwe untuk mengalahkan Babel adalah kenyataan bahwa Yahwelah yang menciptakan bumi, seperti telah lama diyakini dalam ibadah di Yerusalem (bdk. Mzm 93, 95).
Ketiga (25-31) bentuknya sangat mirip dengan bagian kedua. Pertanyaan pembuka, dengan siapa hendak kamu samakan Aku? (40:25), diikuti dengan perintah untuk memandang bintang-bintang, yang kerap dihormati sebagai ilah oleh orang-orang Babel. Semua yang dihormati ini dalam pandangan nabi Yesaya tunduk kepada Yahwe. Dalam hal ini, nabi secara langsung memarahi orang Israel atas putus asa karena merasa ditinggalkan oleh Allah mereka. Bait, tidakkah kamu tahu, tidakkah kamu dengar?(ay.21) menjawab secara langsung keputusasaan mereka. Jelas pengharapan tidaklah mudah bagi orang Israel di pembuangan ini. Keselamatan dalam pengharapan seperti ini hanya bisa ditemukan bagi mereka yang percaya secara mendalam bahwa Allah mereka adalah Allah yang maha tinggi, yang melampaui seluruh kekuatan yang ada di dunia ini, termasuk Babel.
6.      Perikop ini (40:21-31), adalah sebuah pernyataan Allah kepada Bangsa Isarel yang sedang bergumul dan putus asa, sebab mereka menganggap bahwa Alla telah melupakan mereka. Untuk itulah, maka terdapat beberapa pertanyaan retoris bagi mereka, dan nampaknya bertujuan untuk mengingatkan mereka siapa Alla Isarel dalam sejarah dan juga dalam konteks mereka saat itu. jadi jika dilihat lebiha dekat, pertanyaan: tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? (ay.21) menjelaskan bahwa ada yang ‘terlupkan’ Israel. Dan yang terlupakan itu adalah: Keberadaan Allah itu sendiri.  keberadaanNya yang menciptakan semua isi dunia ini (ay.22),  kekuasaanNya atas dunia dan pembesar-pembeasrnya (ay.23-24). Jelas melalui 4 ayat diatas, harusnya bangsa Israel paham akan Allah mereka. Sehingga tak pantas dibandingkan dengan allah-allah lain (ay.25), dengan bintang dilangit yang dipahami oleh orang Babel sebagai ilah atau allah (ay.26), semuanya tunduk dalam kuasa Allah saja, sebab Ia yang menciptakannya.
7.      Hal-hal itulah yang tidak dipahami lagi oleh Yakub, Israel, sehingga mereka merasa bahwa Allah tidak memperhatikan mereka lagi (ay.27).  nampaknya kondisi ini sangat mencengangkan Yesaya, bahwa mereka bisa melupakan Tuhan Allah begitu saja. Di ayat 28, Yesaya mengulangi pertanyaan yang sama dalam ayat 21, tidakkah kau tahu? Dan tidakkah kau dengar? Untuk menegaskan ulang akan keberadaan Allah yang kuat dan tak terduga pengertianNya (ay.28), memberi kekuatan dan menambah semangat (ay.29).
8.      Jelas sangat sulit untuk bisa sampai kepada pemahaman tersebut diatas, Yesaya sampai memberikan pertanyaan retoris tersebut, untuk meyakinkan mereka akan kuasa Tuhan Allah. Dan pengertian ini hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang selalu menanti-nantikan dengan sabar dalam pengharapan akan kuasa Tuhan itu agar mereka akan mendapatkan keselamatan (ay.31).
9.      Perikop ini memberikan pernyataan yang sebenar-benarnya akan Tuhan Allah dalam sejarah umat manusia melalui kisah Israel. Kita diingatkan terus-menerus akan kuasa Allah bagi bumi serta seluruh isinya. Bahwa Ia berkuasa atas dunia ini, adalah fakta iman dan sejarah yang tak terbantahkan. Dalam setiap pergulatan yang sangat melelahkan, Tuhan menginginkan setiap orang percaya bertahan dalam segala kesesakan itu, sebab tak pernah Tuhan Allah memalingkan wajahNya bagi orang yang percaya kepadaNya. Mungkin sangat berat dan menguras airmata, tenaga dan pikiran, tapi yang jelas bagi orang yang setia menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru yang menguatkan hingga akhirnya, kita menemukan akhir dari pertanyaan dengan penuh sukacita. Amin.


Referensi.
1.      Alkitab, LAI, Jakarta 2001
2.      Dianne Bergant, CSA and Robert J. Karris, OFM (Ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 2002
3.      W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, a dictionary of the Bible, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
4.      Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, jilid II M-Z: Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1999
5.      Alkitab Edisi Studi, Jakarta: LAI, 2011
6.      Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980
7.      W.S. LaSor, D. A. Hubbard dan F.W. Busah, Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005
8.      C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 4, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989

2 komentar:

tuliskan komentar anda!