Selamat Datang di Blog saya! Tuhan Memberkati...

SALAM DAMAI DALAM KASIH TUHAN SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT GBU

Minggu, 06 November 2011

Khotbah Natal Pemuda GKPS Yogyakarta Yogya, 11 Desember 2010


Khotbah Natal Pemuda GKPS Yogyakarta
Yogya, 11 Desember 2010

1.      Teks: Yeremia 29:11-14a
11.   sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
12.  dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;
13.  apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan sepenuh hati,
14. Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah Firman TUHAN,

2.   Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Yesus Kristus!
Pertama sekali saya akan menceritakan latarbelakang Yeremia ini:
Yeremia itu artinya: Yahwe yang meninggikan!
Yeremia dipanggil menjadi nabi pada saat ia masih na’ar (muda. 1:6).
Lahir di Anatot, sebelah utara Yerusalem (626-609 SM).
Yeremia hidup pada zaman yang bergolak. Hanya sedikit orang yang sungguh terlibat dengan masalah bangsanya yang demikian gawat, seperti Yeremia. Ia hidup selama pengepungan Yerusalem. Ia melihat Rumah Tuhan di Yerusalem dihancurkan. Penduduknya dibuang ke Babel. Pada akhirnya, ia sendiri dibuang ke Mesir.
Di sana [Mesir} Yeremia meninggal dengan dilempari batu di tangan bangsanya sendiri.

Tidak seorangpun dalam sejarah Israel yang menyerupai Yesus kecuali Yeremia.
Yesus mengajar dalam perumpamaan, begitu juga Yeremia
Yesus ditolak oleh bangsa-Nya, begitu pula Yeremia.
Yesus menangisi bangsaNya, begitu pula Yeremia.
Yesus didera, dimasukkan ke dalam penjara, diadili demikian juga Yeremia.
Demikianlah Yeremia dan pergulatan teologisnya.




3.   AUSCHWITZ…nama sebuah kota di wilayah Jerman saat perang dunia II.
Nama kota ini menjadi terkenal, karena menjadi tempat pemusnahan (vernichtungslager) ribuan orang Yahudi dan musuh ideology Nazisme.
Kekejaman dan kengerian di kota ini menjadikan AUSCHWITZ symbol untuk terror superlative, absurditas tanpa tara, pabrik kematian, produk barbarism baru…

Sesudah perang dunia II, orang menemukan banyak tulisan yang menggetarkan hati dan penuh kesaksian, bahwa neraka AUSCHWITZ ini:
Taurat ternyata tetap dibaca sambil mempersiapkan diri dibantai…
Doa dilagukan, sambil tangis dan airmata menjadi interlude kesedihan…
Mazmur dinyanyikan sambil hati diteguhkan
Syofar (terompet yang terbuat dari tanduk kambing gunung) ditiup menjadikan lonceng kematian perlahan tidak terlalu menakutkan lagi…

Rabi Zvi Hirsch Meisels mengatakan: bahwa pelbagai hal akan lebih baik, tetapi kita harus bersiap-siap apabila semua itu akan menjadi lebih buruk. Demi Tuhan, mari kita tidak lupa untuk menyerukan doa, ‘DENGARLAH, HAI ISRAEL…

4.   Saudara-saudara yang terkasih, mengapa hal ini saya kutip?
Saya ingin kita mengingat, bahwa ada saat tertentu kita hadir dalam situasi yang tidak nyaman…
Atau bagaimana menjadikan perikop ini sebagai bagian dari usaha kita untuk menenangkan…menghibur…meyakinkan…kepada:
Saudara-saudara kita yang terkena Banjir bandang di Wasior…yang rumah mereka, harta benda mereka, bahkan saat ayah-ibu, adik-abang, saudara tercinta hanyut terseret banjir…mati dan membusuk…!!!
Lalu, tiba-tiba kita mengatakan teks ini:
Bahwa ini bukan rancangan kecelakaan…tapi damai sejahtera…(ay.11), dan ini adalah hari depan  yang penuh harapan…
Atau, bagi saudara kita di Mentawi. Tsunami bukan saja menyeret harta benda dan keluarga mereka, tapi juga menyapu habis harapan mereka…lalu kita berkata: ini adalah hari depan yang penuh harapan…!
Begitu juga dengan erupsi Merapi dan banjir lahar dingin…wedhus gembel menghanguskan rumah, ternak dan puluhan orang……ini bukan rancangan kecelakaan, tapi damai sejahtera…

Adakah yang sanggup mengatakan hal itu, kepada mereka..?
Atau jika diperhalus lagi, apakah ada yang sanggup mengatakan :Jangan Kuatir…akan hidupmu…(Luk.12:22-32).?
Mengatakan hal itu jelas sangat mudah.
Tapi, saya yakin soalnya akan berbeda, kalau hal itu harus kita katakana kepada diri kita sendiri. Apalagi jika kita adalah: bagian dari korban itu!
Jika kita sedang dalam situsai gawat darurat itu, saya yakin kita pun takut dan kuatir…

Lalu, apa kuatir itu salah..? cemas atau takut itu salah?
Orang beriman katanya tidak boleh takut, tidak boleh kuatir…? Kuatir dan takut artinya: kurang beriman, kurang berdoa, kurang berserah…

Benarkah demikian? Salah!
Abraham pernah takut, Yakub pernah takut, Elia pernah Takut, Yeremia pernah takut. Yesus sendiripun pernah takut. Matius 26:36-37 berkata: maka sampailah Yesus bersama-sama murid-muridNya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalau Ia berkata, kepada murid-murid-Nya:’ Duduklah di sini, sementara Aku pergi berdoa. Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar...” sedih dan gentar. Pedih dan takut. Cemas. Kuatir.

Rasa takut dan kuatir adalah karunia Tuhan.
Pertama: rasa takut dan kuatir itu adalah tanda kita masih punya kepedulian, saying, kasih dan cinta. Orangtua yang kuatir tentang anaknya yang sudah lewat tengah malam belum pulang. Salahkah itu? Tidak….itu tandanya masih ada cinta disana.

Kita kuatir dengan semakin rapuhnya solidaritas social kita. Salahkah itu? Tidak! Ini justru merupakan tanda bahwa kita masih mempunyai kesadaran nasional yang tinggi.
Jadi kuatir dalam arti tertentu itu baik!

Kedua. Rasa takut dan rasa kuatir adalah sesuatu yang manusiawi.
Dalam sebuah kesempatan seseorang bertanya kepada Bapak Yap Thiam Hien,” Pak Yap, apa resepnya sehingga bapak bisa begitu berani? Apa bapak tidak pernah merasa takut? Pak Yap menjawab,” O, jangan salah sangka, saudara. Saya juga bisa merasa takut, dan sering merasa takut. Saya adalah manusia biasa saja. Hanya saja, kalau saya tahu bahwa saya sedang memperjuangkan sesuatu yang lebih besar daripada keselamatan diri saya sendiri, saya bisa mengatasi rasa takut saya. Tetapi itu tidak berarti saya tidak takut!”

Ketiga Rasa takut dan rasa kuatir itu dikaruniakan oleh Tuhan sebagai REM di dalam hidup kita. Hidup kita dan orang lain disekitar kita akan celaka, kalau rem itu blong…
Kita tidak takut lagi berbuat salah…
Tidak takut lagi berbuat dosa..
Mencontoh tidak takut lagi..
Menyeleweng tidak takut lagi…
Korupsi tidak takut lagi…
Tuhan menanamkan rasa Takut, rasa menyesal, rasa tertekan supaya jika kita melakukan kesalahan kita berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.


Rasa takut dan kuatir itu membuka pintu pertobatan dan pengampunan sekaligus mendorong sikap yang luhur bagi sesama…

5.   sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Artinya perikop ini tidak menjadi bingkai kata-kata mutiara atau AYAT EMAS saja…
Rancangan damai sejahtera itu harus diwujudkan…dengan memberikan bentuk, aksi, empati kepada para korban secara riil..
Mengulurkan tangan dalam bentuk kepedulian yang jujur, tanpa pamrih..
Menyingsingkan lengan…tidak menjadi penonton atau turis yang mengabadikan moment bencana menjadi Album Kenangan…
Kita harus sama takut dan kuatirnya dengan mereka…
Kita takut mereka tidak punya rumah lagi…
Kita takut mereka tidak punya saudara lagi…
Nah, membantu mereka..menyisihkan uang kita…
Bersama mereka…mendengarkan mereka….memeluk mereka…
Itu yang disebut dengan: RANCANGAN DAMAI SEJAHTERA ITU….!!!
Kebalikannya: kita ikut menambah rancangan kecelakan bagi mereka..


12.  dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;
13.  apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan sepenuh hati,
14. Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah Firman TUHAN,


6.   Karena itu, carilah Tuhan (ay.13) di tenda-tenda pengungsian, di puing-puing yang runtuh, di kemiskinan, di masyarakat yang termarjinalkan…ditengah kelaparan..
Maka benar, ayat ini…Kita akan menemukan Tuhan di sana…..

7.   Pada masa Advent menjelang Natal ini, dalam bayang-bayang bahaya: terorisme, krisis multi dimensi, korupsi, prilaku absuditas politik, bahaya bencana Alam: banjir Wasior, Tsunami Mentawi, Gempa bumi, Erupsi Gunung Merapi, banjir lahar dingin di bantaran Kali Code dan Muntilan, kerusakan Alam, pemanasan Global dll. Jutaan orang Kristen akan memenuhi Gereja-Gereja di seluruh dunia, dengan lagu, doa-nyanyian dan music merayakan lahirnya Isa Almasih, Yesus Kristus, nabi yang hidup dan yang karyaNya merupakan:
GLORIA IN EXCELSIS DEO ET PAX IN TERRA HOMINIBUS (kemuliaan bagi Allah di surga dan damai sejahtera bagi umat manusia)

Semua itu tentunya bukan hanya ungkapan “keberanian untuk ketakutan” kita, melainkan –jauh lebih fundamental daripada itu, - kepercayaan kita dan mereka akan sang Imanuel (Allah beserta kita). Mereka dan kita tidak pernah ditinggalkan sendirian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda!