Selamat Datang di Blog saya! Tuhan Memberkati...

SALAM DAMAI DALAM KASIH TUHAN SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT GBU

Kamis, 10 November 2011

bahan pembinaan


Pembinaan Majelis Jemaat GKPS PEKALONGAN
PEKALONGAN 17 JULI 2011.

menjadi pelayan yang melayani!

1.      Dalam Tata Gereja dan Peraturan Rumah Tangga GKPS Bab III  PANGGILAN DAN SURUHAN GEREJA pasal 6: GKPS terpanggil dan disuruh untuk: a. Bersekutu dalam Yesus Kristus, b.Bersaksi melalui perbuatan dan perkataan, c. Melayani sesuai dengan teladan Yesus Kristus.
Untuk melaksanakan tugas-tugas inilah perlu diangkat Pelayan-pelayan Gerejaw dalam Bab V pasal 9 dengan tugas-tugas umum (lih. PRT GKPS Bab II pasal 13 ayat 1-3, dengan pemahaman bahwa para pelayan seperti Pendeta, Penginjil, Sintua, Syamas dan Guru Sekolah Minggu adalah mereka yang telah terpanggil)
PRT GKPS Bab II ps.2: Tugas-tugas umum Pelayan GKPS itu antara lain:

a.       Memberitakan Firman Tuhan dan mengabarkan Injil
b.      Mengajarkan Firman Tuhan kepada warga Jemaat.
c.       Menggembalakan Jemaat sesuai dengan teladan Yesus Kristus.
d.      Melayani jemaat dalam kebaktian, acara khusus yang diatur dalam peraturan-peraturan GKPS.
e.       Melaksanakan pelayanan dan perbuatan Kasih sesuai dengan teladan Yesus Kristus.
f.       Membina warga Jemaat menjadi warga yang mandiri, dewasa dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab Gereja.
g.      Membina kemandirian jemaat dalam bidang keuangan, mengurus dan memelihara harta kekayaan GKPS.
h.      Membina jemaat dan warga jemaat berperan aktif dalam kegiatan oikumenis.
i.        Membina warga jemaat menjadi warga Negara yang bertanggungjawab.
PRT GKPS Bab IV Ps. 26
Tata kerja termasuk di dalamnya pembagian tugas di kalangan Majelis Jemaat dan Pimpinan Majelis Jemaat ditetapkan oleh Majelis Jemaat pada setiap awal periode dengan ketentuan:
a.       Pengantar Jemaat dan Wakil Pengantar Jemaat bertugas memimpin pelayanan di Jemaat setempat.
b.      Sekretaris Majelis Jemaat bertugas mempersiapkan bahan-bahan untuk rapat Majelis Jemaat dan Sinode Jemaat dan berfungsi sebagai Sekretaris Sinode Jemaat.
c.       Bendahara Majelis Jemaat bertugas mempersiapkan bahan-bahan untuk Rapat Majelis Jemaat dan Sinode Jemaat di bidang keuangan dan pengelolaan harta kekayaan GKPS yang ada dalam penguasaan Majelis Jemaat.
PRT Bab III Ps 17 ay.4. selain tugas umum para pelayan, Sintua bertugas:
a.       Melaksanakan pelayanan penggembalaan kepada warga Jemaat, khususnya terhadap beberapa keluarga yang ditetapkan menjadi tanggungjawabnya (juma tanganan).
b.      Mendorong warga Jemaat agar setia menghadiri Kebaktian, Sakramen dan Persekutuan lainnya yang sepatutnya dihadiri oleh orang Kristen.
c.       Menggembalakan Anggota Siasat dan member pengajaran kepada Anggota Persiapan, orangtua yang hendak membaptiskan anaknya dan Katekisasi Sidi (Parguru Manaksihon).
d.      Memimpin pelayanan ibadah pada kebaktian minggu, kebaktian hari besar gerejawi dan kebaktian rumah tangga (partonggoan)
PRT Bab III Ps.18 ay.3. tugas Syamas:
a.       Melaksankan pelayanan kasih kepada warga jemaat berkaitan dengan masalah ekonomi, kesehatan, pendidikan dan sosial.
b.      Mendorong warga jemaat agar saling topang-menopang dalam suka dan duka.
c.       Mendorong warga jemaat agar aktif dalam penggalangan dan untuk kebutuhan pelayanan di GKPS.
d.      Mempersiapkan sarana prasarana pelaksanaan pelayanan ibadah.
PRT Ps 19 ay 3. Tugas Guru Sekolah Minggu
a.       Memimpin pelaksanaan pelayanan ibadah dan partonggoan  sekolah minggu.
b.      Mempersiapkan bahan pengajaran yang kreatif dan dinamis untuk anak sekolah minggu.
c.       Mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak sekolah minggu.
d.      Membangun komunikasi dengan orangtua dalam rangka mendukung pertumbuhan iman anak sekolah minggu.
e.       Mengingatkan orangtua membawa dan atau menyuruh anaknya mengikuti kebaktian dan kegiatan sekolah minggu.
PRT GKPS Bab II ps.3. Untuk melaksanakan tugas dimaksud, setiap pelayan GKPS wajib:
a.       Berusaha sungguh-sungguh untuk hidup menurut Firman Tuhan dan menjadi teladan yang baik bagi Jemaat.
b.      Membenahi diri dan meningkatkan kemampuan antara lain melalui sermon, kursus, Penelaahan Alkitab dan kegiatan lainnya.
Melihat tugas pelayanan seperti tertulis diatas, maka panggilan menjadi Pendeta, Sintua. Syamas, Guru Sekolah Minggu adalah panggilan Spiritual/rohani. Sebuah tugas mulia dari Tuhan untuk pelayanan di dunia ini. Tentu saja ada Kriteria rohani yang juga harus dimiliki dalam panggilan spiritual ini supaya mampu hidup menurut Firman Tuhan dan menjadi teladan bagi Jemaat.
2.      Menjadi Pelayan menurut Firman Tuhan
Untuk itu, mari kita lihat kriteria tersebut dari Surat Paulus yang pertama kepada Timotius Fasal 3:1-13. Pada awalnya perikop ini merupakan pedoman yang diberikan Rasul Paulus bagi Timotius untuk mengangkat para penilik jemaat. Walaupun begitu perikop ini tentu tidak hanya berlaku dan berguna bagi para calon penilik atau pelayan jemaat saja (pendeta dan sintua, syamas misalnya), namun bagi semua orang beriman termasuk warga jemaat. Jika demikian apakah yang bisa kita petik dari perikop ini?


ü  A. Tuhan menghendaki kita menjadi pelayan yang berkualitas.
Syarat-syarat yang diajukan Paulus menginspirasi kita bahwa sebagai pelayan jemaat kita dituntut agar benar-benar memiliki kepribadian yang baik dan kecakapan untuk melaksanakan tugas yang sangat mulia dan berharga itu. Lebih dari itu seorang pelayan juga dituntut memiliki reputasi yang baik di tengah-tengah masyarakat.
Jika kita perhatikan paling sedikit ada 14 (empat belas) syarat yang dituntut dari seorang pelayan:
1. Tidak bercacat atau bercela
2. Memiliki satu istri atau suami
3. Dapat menahan diri
4. Bijaksana
5. Sopan
6. Suka memberi tumpangan
7. Cakap mengajar
8. Bukan peminum
9. Bukan pemarah melainkan peramah
10.Pendamai
11.Bukan hamba uang
12.Kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.
13.Bukan baru bertobat
14.Mempunyai nama baik di luar jemaat
Baiklah kita memakai syarat-syarat di atas pertama-tama dan terutama untuk diri kita masing-masing. Apakah kita memiliki kualitas di atas? Manakah dari syarat-syarat di atas yang belum kita penuhi? Rasul Paulus mengajukan syarat-syarat di atas bukan sekadar untuk menjadi wacana apalagi untuk menghakimi orang lain. Sebab itu pertanyaan yang harus kita ajukan apa dan bagaimana upaya yang harus kita lakukan mencapai kualitas yang diharapkan itu.
Disini kita disadarkan minimal ada 3(tiga) hal.
Ø  Pertama: kesungguhan (intensitas) menjadi pelayan. Hanya dengan kesungguhanlah kita dapat terus membangun dan mengembangkan kepribadian dan kecakapan kita sebagai pelayan. Kesungguhan itu terkait erat dengan komitmen (janji, tekad). Apakah kita benar-benar kommit dengan tugas pelayanan ini atau melakukannya hanya berdasarkan minat dan selera, mood sesaat, atau situasi. Komitmen itu sendiri sama dengan hutang yang harus dibayar, kewajiban yang harus dilaksanakan dan janji yang harus ditepati.
Ø  Kedua: usaha atau treatment. Tak ada seorangpun yang dapat menjadi pelayan yang baik dan cakap tanpa upaya atau treatment. Kepribadian dan kecakapan bukan sesuatu yang otomatis atau given (diberikan dalam bentuk jadi), namun harus dibentuk dan dilatih. Disini kita disadarkan bahwa kita harus senantiasa belajar atau berusaha sungguh-sungguh untuk menjadi pelayan. Tak ada pelayan yang boleh merasa diri sudah mapan dan sempurna sehingga tidak perlu lagi berubah dan dibaharui. Tak ada kata tammat atau final untuk belajar.
Ø  Ketiga: kerjasama. Tuhan memanggil kita melayani bukanlah seorang diri melainkan bersama banyak orang. Sebab itu kita diajak memahami pelayanan sebagai panggilan bersama. Itu artinya kita harus bekerjasama dan bersinergi agar dapat menghasilkan pelayanan yang terbaik. Dan kita juga harus membangun organisasi yang benar-benar efisien dan efektif mewujudkan pelayanan itu.
ü  B. Tuhan menyuruh kita membangun lingkungan, iklim, budaya, organisasi dan system, serta persekutuan, yang mendorong pelayan-pelayan menjadi baik.
Sebagai orang-orang yang dikaruniai Tuhan akal budi kita memahami bahwa keberhasilan pelayanan tidak hanya tergantung kepada kualitas individu pelayan, melainkan juga kepada lingkungan, iklim, budaya, organisasi dan system serta persekutuan yang melingkupi para pelayan itu. Seorang pelayan yang baik bisa gagal melakukan yang baik di lingkungan yang buruk. Bahkan seorang pelayan yang baik pun bisa tergoda menjadi jahat jika budaya, organisasi dan sistem disekelilingnya buruk. Sebaliknya lingkungan yang baik bisa membuat orang jahat menjadi baik dan orang baik lebih baik lagi.
Pertanyaan: apa dan bagaimanakah lingkungan dan iklim yang kondusif (= subur) mendorong para pelayan menjadi baik? Model berjemaat dan berorganisasi bagaimanakah yang bisa mempengaruhi kita tumbuh dan berkembang menjadi pelayan yang baik dan cakap?
Menurut kami banyak sekali, namun pada kesempatan ini mari kita pahami minimal ada 3(tiga).
Ø  1.  keterbukaan atau transparansi. Dalam lingkungan yang terbuka dan transparan banyak orang didorong untuk menjadi baik dan tetap baik. Sebaliknya lingkungan yang tertutup dan tersembunyi cenderung membuat orang tergoda melakukan yang tidak baik.
Ø  2.  penerimaan, penghargaan dan partisipasi. Banyak orang akan didorong melakukan yang baik jika diterima, dihargai dan diajak berpartisipasi. Sebaliknya menjadi pasif jika ditolak, dilecehkan dan dihina. Tantangan disini adalah bagaimana membuat program dan menciptakan suasana sehingga para pelayan yang beragam (dan kadang berbeda pendapat) itu merasa diterima dan dihargai sehingga pelayanan gereja secara umum lebih baik lagi.
Ø  3. penghargaan kepada kerja keras dan tanggungjawab. Rasul Paulus meminta jemaat Tesalonika menghormati pelayan-pelayan yang bekerja keras dan bertanggungjawab. (1 Tes 5:12).  Ini akan membuat pelayan yang bekerja keras dan bertanggungjawab semakin baik lagi. Sebaliknya memacu pelayan yang kurang rajin dan kurang bertanggungjawab untuk berubah.
ü  C. Tuhan mendorong kita menjadi contoh, sampel atau teladan bagi yang lain.
Orang bijak mengatakan yang paling mudah adalah mengubah diri sendiri, selanjutnya mengubah lingkungan. Namun yang paling sulit adalah mengubah orang lain. Apalagi dalam jemaat dimana banyak sanksi tidak dapat diberikan secara tegas dan keras. Namun sebagai pelayan kita dapat mengubah orang lain melalui keteladanan dan kharisma atau wibawa. Disinilah pentingnya 14(empat belas) persyaratan yang diajukan Paulus di atas agar ada dalam diri kita. Alih-alih menuntut orang lain memilikinya, mending kita berusaha sendiri mendapatkannya, dan itulah yang menjadi sumber kekuatan kita utama mempengaruhi orang lain yang dipercayakan kepada kita. Kepada Timotius sendiri Rasul Paulus meminta dia agar menjadi teladan minimal dalam 5 (lima) hal: (1) perkataan (2) tingkah laku (3) kasih, (4) kesetiaan, (5) kesucian. Pertanyaan apakah kita juga dapat menjadi teladan dan sampel dalam kelima hal itu? Jika ya, puji Tuhan. Jika tidak, kita harus berusaha agar bisa. Sebab tanpa keteladanan itu kita tidak akan dapat melayani apalagi mempengaruhi orang lain menjadi baik.
3.      Pendeta, Penginjil, Sintua, Syamas dan Guru Sekolah Minggu pada akhirnya harus dipahami sebagai panggilan menjadi pelayan yang melayani. Pemangku-pemangku jabatan dalam Gereja atau Jemaat adalah hamba-hamba dari Yesus Kristus. Kata atau istilah yang digunakan dalam perjanjian Baru untuk apa yang kita sebut pemangku jabatan ialah “diakonos”. Dan jabatannya adalah “diakonia”. Kedua istilah itu berarti “pelayan” dan “pelayanan”. Jadi tidak benar jika diakonos dan diakonia diterjemahkan sebagai pejabat dan jabatan. Tapi, kekacauan tentang istilah ini justru sering mengacaukan situasi berjemaat, lalu seringlah di sekitar kita, Pendeta, Penginjil, Penatua, Syamas dan Guru Sekolah Minggu lebih bermental pejabat dari pada pelayan –melayani. Dalam Markus 10:45. Tuhan Yesus mengatakan, bahwa “ Ia bukan datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Nats inilah sebenarnya yang menentukan bagi seluruh pelayanan yang dilakukan pajabat-pejabat Gerejani.
Kepada murid-muridNya Yesus berkata: “Aku berada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan” Luk 22:27. Dalam pelayanan-Nya Ia merendahkan diriNya dan taat sampai mati,  bahkan sampai mati di kayu salib (bndk. Flp.2:8). Dalam kasih-Nya yang melayani, Ia berjalan sampai
ke batas yang paling jauh: membasuh kaki murid. Dan hal itu Ia gunakan sebagai “contoh” atau “teladan” bagi pengikut-pengikutNya (bndk. Yoh 13:14-15). Selamat menjadi Pelayan yang melayani. Amin.



























Syarat-Syarat Untuk Menjadi Penatua
    Sebenarnya setiap anggota jemaat memiliki hak untuk menjadi seorang Penatua, asalkan anggota jemaat tersebut dapat melaksanakan tugas panggilannya sebagai pejabat gerejawi dengan setia dan bertanggungjawab. Untuk  itu tentunya dibutuhkan kriteria  spiritualitas sesuai firman Tuhan agar seseorang yang berjabatan Penatua dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan sesuai kehendak Tuhan. Kriteria yang ditetapkan berdasarkan I Tim. 1:3:1-7 adalah:
a.  Moralitas yang tinggi:  seorang yang tak bercacat,  suami dari satu isteri, dapat menahan diri,
b.  Temperamen atau karakter:  bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, bukan peminum, peramah
      dan bukan pemarah.
c.   Kompetensi:  cakap mengajar orang
d.  Integritas:  seorang kepala keluarga yang baik,  disegani dan dihormati oleh anak-anaknya;
      mempunyai nama baik di luar jemaat.

    Tentunya  kriteria yang rinci dari I Tim. 3:1-7 tidak hanya terbatas pada hal-hal yang telah disebutkan. Misalnya makna “suka memberi tumpangan” lebih menunjuk kepada sikap kemurahan hati dan kepedulian seorang Penatua kepada persoalan yang dihadapi oleh anggota jemaat. Juga kompetensi seorang Penatua tidaklah cukup hanya mengajar, tetapi juga apakah dia dapat menjadi penasihat yang bijaksana dan memiliki semangat untuk memberitakan firman Tuhan di berbagai bidang dan pekerjaan sehari-hari. Karena makna seseorang yang dipanggil untuk menjadi seorang Penatua bukan hanya saat dia bertugas di gereja; tetapi juga apakah dalam kehidupan sehari-hari dia mencerminkan sebagai seorang hamba/pelayan Tuhan di tengah-tengah keluarga dan pekerjaannya.  Nasihat Firman Tuhan yang perlu diperhatikan adalah: “Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang. Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” (I Tim. 4:15-16).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda!