Minggu : 9 set. Trinitatis
Ambilan : Matius 7:1-5
Sibasaon : 2 Musa 23:6-9
Topik mingguan : Keadilan Sosial
Bahan sermon tgl 30 juli 2010
Lihatlah dirimu! Janganlah menghakimi!
1. Gereja mula-mula meyakini penulis Kitab Matius ini adalah Matius salah seorang dari murid-murid Yesus [ memang pada akhirnya, pertanyaan siapa pengarang asli dari kitab ini, menjadi perdebatan, tapi keaslian kepengarangan bukanlah hal yang sangat penting dalam budaya dimana Injil Matius ditulis ]. Kitab ini ditulis sekitar tahun 85 M. dengan tulisan [Kitab] ini, ia mau menunjukkan keMesiasan Yesus, orang yang mau mengakui Yesus sebagai Mesias akan mewarisi kerajaan Allah.
2. Matius bersusah payah menunjukkan bagaimana peristiwa tertentu dalam kehidupan Yesus memenuhi nubuat-nubuat Perjanjian Lama. Melalui kisah sengsara dan kematian Yesus, Matius meyakinkan kita bahwa peristiwa yang mengerikan itu sesuai dengan kehendak Allah.
3. Yesus historis yang dicatat dalam Kitab Injil juga menjelaskan seluruh proses kehidupanNya; termasuk Mujizat dan Khotbah-khotbahnya. Tuhan Yesus sangat piawai dalam menyampaikan maksud-maksud surgawi melalui khotbahNya. Ia sering memakai banyak perumpamaan untuk memudahkan orang-orang kebanyakan untuk mengerti khotbahNya. Dan, semuanya memiliki kekuatan dan bernas! Sebab mengandung kebenaran yang hakiki.
4. Salah satu bagian dari Kitab Matius ini yang terkenal adalah “Khotbah di Bukit” Mat.5-7. Khotbah Di Bukit ini adalah didakhe (ajaran), bukan kerygma (pesan). Tuhan Yesus memberikan ajaran-ajaran yang fundament yang kelak diakui sebagai dasar kekristenan. Perikop ini juga adalah bagian dari Khotbah di Bukit yang menjadi didakhe bukan saja bagi komunitas konteks Tuhan Yesus dan para murid tapi termasuk bagi para pembaca hari ini dan sepanjang masa.
5. Sajian berikut adalah analisi yang menerangkan isi Khotbah di Bukit.
a. Kebahagiaan orang yang berada dalam Kerajaan Allah (5:3-16)
(i). Ucapan bahagia (5:3-10)
(ii). Peran Murid Yesus dalam dunia yang tidak percaya.
b. Hubungan amanat Tuhan Yesus dengan Hukum Taurat (5:17-48). Tuhan Yesus hadir di dunia dan menggenapi Hukum Taurat.
c. Petunjuk-petunjuk praktis bagi kelakuan dalam kerajaan Surga (6:1-7:12). Menjaga diri dari kesalehan palsu (6:1-18), pemberian sedekah (6:1-4), doa (6:5-15), puasa (6:16-18), membuang rasa kuatir dengan percaya tanpa ragu (6:19-34) dan hidup dengan penuh kasih terhadap sesama (7:1-12).
d. Tantangan supaya hidup pasrah dan berserah (7:13-29).
6. Jadi jelaslah bahwa Khotbah Di Bukit ini bersifat ajaran yang harus menjadi doktrin kekristenan sebab di dalamnya diuraikan jiwa dan semangat kekristenan itu sendiri.
7. Hal Menghakimi (7: 1-5). Ini adalah salah satu dari khotbah di bukit yang diajarkan kepada para murid dan orang banyak. Yesus berkata: janganlah kamu menghakimi, supaya kamu tidak di hakimi! Ayat ini tidak melarang kita mempunyai pendapat tertentu terhadap seseorang. Yang dilarang adalah, jika kita terlalu cepat mempersalahkan dan menghukum orang lain, seolah-olah kita sudah mengetahui segala sesuatu, sehingga dengan cepat mengambil keputusan untuk menyalahkan: menghakimi (bndk 1 Kor.13:4, Yak.4:11-12). Dalam konsep pemilihan Tuhan Allah terhadap siapa yang benar-salah, surga-neraka, jelas adalah otoritas Tuhan Allah, untuk itulah dalam Perjanjian Lama Tuhan mengangkat para Hakim (lih. Kitab Hakim-Hakim) untuk menegakkan kebenaran dan keadilan sesuai denga aturan Tuhan. Tuhan semesta alam, yang bisa menghakimi dengan adil (Yer.11:20), Yl 3:12).
8. Kalimat perintah dalam ayat.1 ini jelas memerintahkan setiap orang agar tidak melakukan tugas penghakiman, sebab jelas itu adalah hak Tuhan Allah. Dalam Yoh 8:15, Tuhan Yesus berkata:kamu menghakimi menurut ukuran manusia…artinya jelas, manusia tidak akan pernah bisa berdiri menjadi hakim yang benar dan memuaskan semua orang dengan asas keadilan yang seadil-adilnya. Fungsi menghakimi dalam konteks ini mewakili arti yang luas, bukan hanya asas praduga tak bersalah tapi menyangkut aspek keadilan di dalamnya. Dalam Keluaran 23:6-9 (teks sibasaon) disebutkan: janganlah engkau memperkosa hak orang miskin diantaramu dalam perkaranya. Haruslah kau jauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kau bunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah. Suap janganlah kau terima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang.orang benar…! Betapa menjadi sulit dan rumitnya manusia harus menjalankan fungsi pengahakiman dengan kenyataan tersebut, maka makin jelas ucapan Yesus dalam Yoh 8:15, manusia akan menjalankan fungsi itu dengan ukurannya. Lalu, bukankah banyak orang yang tidak terpuaskan? Untuk itulah Tuhan Allah memberikan peringatan-peringtan ini kepada bangsa Israel dan mengangkat bagi mereka Hakim yang berdiri ditengah mereka.
9. Jadi baik bagi kita untuk tidak mengambil porsi Tuhan Allah dalam mewujudkan KerajaanNya di bumi ini, tentu saja dengan KeadilanNya. Menurut Versi Lukas:6:37, tugas manusia adalah memberikan pengampunan, tugas Allah adalah penghakiman. Artinya, secara Teologis kewajiban manusia sajalah yang harus kita kerjakan, dan biarkan Tuhan yang menyelesaikan dan menyempurnakan.
10. Ayat 3-5. Introsepksi diri dan jangan menjadi munafik.
Ungkapan bahwa tak ada manusia yang tak berdosa! Sering kita ucapkan dan dengar. Dari ungkapan itu, jelas bahwa setiap orang memiliki kekurangannya masing-masing. Dengan kekurangan itu, rasanya tidak etis membicarakan kekurangan orang lain, apalagi menghakiminya. Kita tentu ingat apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus saat membela perempuan yang berzinah dari ancaman hukuman mati (Yoh.8:1-10, terutama ucapan Yesus di ayat 7: barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu! Lalu satu demi satu pergi, sebab semua mengakui dalam hatinya bahwa merekapun adalah orang yang berdosa). Bukankah hal itu juga yang sering terjadi? Bukankah benar ucapan Yesus ini, bahwa selumbar di mata orang lain begitu jelas, sedangkan balok di mata sendiri tidak terlihat? Mencari-cari kesalahan adalah perkara yang mudah, sangat mudah! Sebab semua orang pasti memiliki kesalahan. Inilah ciri-ciri kemunafikan (orang munafik). Dengan mengikuti cirri tersebut, bagaimana keadilan bisa didapatkan? Bagaimana penghakiman bisa dijalankan? [secara legalitas hukum, bisa saja kaidah keadilan diperlihatkan dan dihasilkan, tapi tetap saja tidak akan pernah memenuhi rasa kepuasan yang sesungguhnya].
11. Melalui perikop ini, kita kembali disadarkan bahwa tugas untuk menghakimi orang lain adalah milik Tuhan Allah. Jadi, bagi para pengabdi hukum di negeri ini, tugas itu jelas adalah milik Tuhan Allah dan oleh karenanya berlakukan juga keadilan yang sebenarnya. Bagi orang Kristen, yang berpangkat, berpendidikan, orang Kaya, pejabat dll, lakukanlah yang baik dan benar di mata Tuhan, mari kita ingat lagu Sekolah Minggu, karna Bapa di surge slalu lihat ke bawah, hati-hati gunakan tanganmu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tuliskan komentar anda!