Selamat Datang di Blog saya! Tuhan Memberkati...

SALAM DAMAI DALAM KASIH TUHAN SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT GBU

Jumat, 11 November 2011

Pilih Yesus dan pikullah salib!


MINGGU                   : 21 Dob Trinitatis
13
  November 2011
Ambilan    : Mateus 10:34-39
Sibasaon   :  Roma 12:12-21
Warna liturgi               : Hijau
Topik Mingguan: Misi Yesus Bagi Dunia

    
Jumat, 11 november  2011
Pilih Yesus dan pikullah salib!
1.      Menjadi murid [pengikut] dalam konsep atau ajaran apapun, kelihatannya harus memiliki komitmen yang kuat. Apalagi jika ajaran itu telah menjadi ideologi, jelas dibutuhkan pengorbanan. Biasanya, harga dari pengorbanan itu tidak menjadi persoalan, sebab sudah di dalam taraf yakin [percaya] pada pilihannya.

2.      Pada perikop ini, Tuhan Yesus pun sedang memberi pembelajaran mengenai pemuridan. Hal ini dimulai ketika Tuhan Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi mereka kuasa untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan (lih.10:1). Setelah itu, Yesus mengutus kedua belas muridNya (10:5-15).


3.      Saat mengutus inilah, Tuhan Yesus memberikan nasihat/wejangan tentang resiko/harga yang harus dibayar dalam proses pengutusan [menjadi murid] itu. apa-apa saja wejangannya itu? di bawah ini saya cantumkan beberapa poin dari nasihat Tuhan Yesus itu:
Ø  Yesus mengutus mereka seperti doma ke kawanan serigala (10:16)
Ø  Waspada kepada semua orang, karena ada yang akan meyerahkan mereka ke Majelis agama (10:17-19).
Ø  Anak-anak akan ,memberontak terhadap orang tua (10:21).
Ø  Akan dibenci semua orang oleh karena nama-Nya (10:22)
Ø  Jangan takut terhadap yang dapat membunuh tubuh, tapi takutlah kepada Dia (10:28).
Ø  Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku akan mengakuinya di depan Bapa begitu juga sebaliknya (10:32-33).

4.      Dengan melihat data-data diatas, nampaknya kita tidak terkejut memandang perikop ini, terutama di ayat 34-35. Mari kita lihat lebih dekat apa yang dimaksudkan Tuhan Yesus di bagian ini.
Ay. 34....jangan kamu menyangka...aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Agak sulit untuk menerjemahkan kalimat ini dari seorang Guru yang penuh dengan kelembutan, dan penuh hikmat. Tapi, jika kita lihat ke belakang teks ini, nampaknya ada tendensi kehadiran Tuhan Yesus dipahami mempermudah mengartikan damai itu dengan tanda-tanda yang dilakukan-Nya [secara khusus mujizat-mujizatNya, dan pengajaranNya]. Tuhan Yesus justru melihat bahwa apa yang telah dan akan dilakukanNya di dunia ini akan menghasilkan konflik/pertentangan [tentang ini, kita bisa lihat bagaimana pandangan kelompok Yahudi fundamentalis; ahli taurat, para Imam, orang Farisi yang selalu penuh curiga terhadap Tuhan Yesus].

Tuhan Yesus secara jeli melihat bahwa dalam dunia ini, Ia tidak menjamin tidak ada konflik/pertentangan. Kita diajak untuk memahami bahwa dengan kedatangan Tuhan Yesus, tidak  secara otomatis damai sejahtera itu hadir, walupun memang untuk damai inilah Tuhan hadir. Bukankah sering yang terjadi adalah hal yang sebaliknya? Apalagi jika melihat ajaran Tuhan Yesus yang khas dan menuntut kesetiaan total, maka dapat dipahami bahwa akan ada resistensi dan penolakan juga pertentangan. Sebab bagi Tuhan Yesus, loyalitas mengikutiNya menjadi harga mati, tidak setengah-setangah. Pernyataan ini bukanlah menentang keluarga sebagai keluarga, melainkan bahwa para murid harus memiliki loyalitas yang lebih besar kepada Yesus daripada keluarga mereka sendiri.
Mengapa permintaan ini sangat radikal? Jelas jawabannya adalah sebab para murid sedang dalam proses Misi yang sangat besar di tengah-tengah dunia ini, bukan sekadar pelayanan biasa; khotbah, perkunjungan rumah tangga. Misi mereka mengandung reskio yang besar, untuk itu perlu keyakinan yang kukuh dan teguh, tidak terbagi!.

5.      Ayat. 38-39. Memikul salib sebagai harga loyalitas!
Memikul salib adalah ungkapan atau kiasan yang mengartikan bahwa setiap orang yang mau menjadi pengikut Yesus harus rela mengalami penderitaan karena menyerahkan diri sepenuhnya kepada Yesus, bahkan sampai mati [ mari kita lihat kembali dibagian atas tadi, 10:16-33; domba di kawanan serigala, orang-orang yang akan menyerahkan mereka, dll.].

Sangat jelas dan tegas tugas dan amanah menjadi murid dalam misi besar itu. resiko menjadi tanggungawab dan harus dihadapi sebagai jalan hidup, tanpa keluhan dan kebimbangan. Salib adalah simbol penderitaan dan kemenangan. Jika bersiap untuk menderita itu adalah jalan menuju kemenangan. Harus ada perjuangan yang diperlihatkan secara gigih, tidak cengeng!
Untuk itu, taruhan nyawa bukan lagi hal yang menakutkan (lih.10:28,”dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”).

Nyawa dan tubuh bisa diberangus, tapi ide/keyakinan/iman dalam jiwa akan selalu hidup. Tuhan Yesus ingin para murid memahami hal ini dengan baik [kelak sejarah mencatat para murid ini berhasil melewatinya dengan gagah berani].
Tuhan Yesus menjanjikan kehidupan selamanya bagi orang yang berani, tangguh, beriman sekalipun kehilangan nyawanya. Yesus mengatakan itu di ayat 39; barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

6.      Tuhan Yesus melalui perikop ini mengatakan hal yang sangat penting dan mendasar dalam hal mengikuti-Nya. Hati tidak boleh tawar dan terbagi. Iman harus utuh dan penuh setia. Tuhan Yesus tahu persis bahwa damai sejahtera itu hadir di dalam dunia yang penuh dengan konflik dan pertentangan. Bisa saja sebagai orang yang beriman, kita terjebak di dalamnya. Lalu, pesan Yesus ini hendak menandaskan komitmen dan loyalitas di situasi seperti itu. untuk itu, mari kita pikul salib sebagai simbol penderitaan sekaligus kemenangan setiap orang yang percaya. Jangan ragu dan bimbang! amin

Referensi:
1.      Alkitab, LAI, Jakarta 2001
2.      Dianne Bergant, CSA and Robert J. Karris, OFM (Ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2002
3.      M.K. Sembiring dkk,  Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: LAI dan Yayasan Karunia Bakti Budaya Indonesia, 2005. Adaptasi dari: a Handbook on The Gospel of luke, karya J. Reiling dan J.L. Swellengrebel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda!