Selamat Datang di Blog saya! Tuhan Memberkati...

SALAM DAMAI DALAM KASIH TUHAN SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT GBU

Sabtu, 08 Oktober 2011

ratapan 3:22-26


MINGGU                   : 16 Dob Trinitatis
09
  Oktober 2011
Ambilan    : TANGIS-TANGIS 3:22-26
Sibasaon   :  Psalmen 68:4-7
Warna liturgi               : Hijau
Topik Mingguan: Tuhan Allah Sumber Pengharapan
Manggalang sa GKPS untuk Panti Asuhan BKM Marihat dan Panti Karya GKPS
    
7 oktober  2011
BESAR KASIH SETIA TUHAN`!
1.      Menurut tradisi, Kitab Ratapan ( Simalungun = Tangis-tangis) dianggap tulisan Nabi Yeremia, yakni ketika ia melihat kehancuran Yerusalem sekitar tahun 587 SM. Ada catatan sejarah yang mendeskripsikan kehancuran Yerusalem melalui ungkapan visual nabi. Ia melihat asap yang mengepul dari kota yang hancur, ia mendengar wanita-wanita yang menangis ketika menemukan anak-anaknya mati atau mencari mereka yang hilang. Tentara-tentara berjalan berkeliling, mengusir dan membakar reruntuhan kota.

2.      Nampaknya inilah yang menjadi dasar penamaan kitab ini dalam tradisi Ibrani yaitu; ékha berasal dari kata ratapan (“ah”) pada permulaan Ratapan 1-2 dan 4 (Para Rabbi Yahudi memakai juga nama qinot yang berarti ratapan-ratapan).

3.      Secara keseluruhan kitab ini menceritakan bencana dari pembuangan yang penuh penderitaan. Kesan yang jelas ditulis dalam Ratapan 1-4 yang menyatakan kesedihan yang sangat setelah Yerusalem jatuh. Kitab ini ditulis untuk orang Yahudi agar dengan terbuka menerima hukuman Allah itu sekaligus menegaskan adanya harapan setelah penghukuman ini. Mereka didorong untuk tidak meragukan bahwa akhirnya kekuasaan Tuhan Allah akan mengerjakan hal yang baik bagi mereka. Jadi, walaupun nadanya berbentuk “ah” – ratapan, tapi berisi semangat kepada generasi seterusnya agar menemukan harapan ditengah bencana dan membimbing orang lain kepada harapan itu dengan pemahaman Allah terus bekerja dan berkarya untuk memulihkan.

4.      Nah, harapan inilah yang sedang diceritakan perikop ini 3:22-26.
Perikop ini, secara khusus Pasal 3 adalah curahan atau perenungan pribadi dalam bentuk nyanyian:
            Akulah orang yang melihat sengsara, disebabkan cambuk murka-Nya (3:1)
Masalah kesengsaraan dilukiskan dengan gambaran agak tradisional, yang hanya sedikit hubungannya dengan kehancuran Yerusalem. Di dalam setiap kesengsaraan, betapa misteriusnya, pengarang tetap menyisipkan bahwa Allah adalah baik:

            Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru setiap
            Pagi; besar kesetian-Mu! “TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku oleh sebab itu aku ber-
            Harap kepadaNya (3:22-24)

Kesengsaran ternyata memiliki sisi positif:

            Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya! Marilah
            Kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN (3:39-40)

Semua penderitaan ternyata tidak hanya dipandang sebagai penderitaan semata. Di bagian ini, ayat 22-23 muncul terang – pengharapan dalam penderitaan. TUHAN hadir memberi nuansa pembeda dari situasi penderitaan kepada janji akan Kasih SetiaNya. Kasih Setia dan Rahmat Tuhan inilah yang menjadi oase ditengah dahaga kesengsaraan yang sangat itu. TUHAN setia akan perjanjian-Nya.
Ayat.24. TUHAN adalah bagianku...! Mzm 16:5 dan 73:26 juga menggunakan metafora yang sama. ini adalah keyakinan bahwa Allah memberi kepada semua orang tempat dan pekerjaan dalam hidup. Ini seperti pengundian pembagian tanah untuk masing-masing suku, dan itu diberikan tidak secara serampangan, tetapi karena Tuhan telah menetapkannya.

Ayat 25-26. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya. Ini merupakan bagian dari ungkapan iman dan keyakinan. Ada keyakinan yang kuat dari penulis kitab ini, bahwa penderitaan ini adalah bagaian dari cara Tuhan yang sangat misterius memberlakukan hukuman kepada umat-Nya, dan secara misterius Tuhan pun akan melakukan hal-hal baik ( perhatikan ayat 25, 26 dan 27 mempunyai bentuk yang sama: adalah baik...). kebaikan yang akan mereka terima [ orang yang berharap kepadaNya dan mencariNya, ay. 25) adalah pertolongan dari Tuhan Allah (ay.26).

pada akhirnya muncul kesadaran yang utuh melihat penderitaan dan kesengsaraan dari sisi yang lain, yaitu Allah akan datang dalam Kasih setiaNya, Allah Yang Baik, Allah yang menolong. Memang pada klimaks dari sebuah penderitaan manusia akan mencari teks-makna yang lain, dan inilah yang hadir dari cara penulis menyanyikan sebuah lagu pengharapan dalam iman bahwa Tuhan tidak diam atau tidur.

5.      Jika berbicara tentang kesetiaan, maka Tuhan Allah pastilah dipahami sebagai Tuhan yang penuh dengan kasih juga kesetiaan. Lalu, manusia mengalami problematika sendiri dengan janji dan kaulnya, oleh karena itulah maka manusia sering jatuh atau gagal mengemban janji kesetiaanNya. Untuk membuktikan bahwa Tuhan itu penuh kasih dan setia, maka Ia sangat toleran dengan pemaafan atau pengampunan dan disinilah jejak: KASIH SETIA-NYA itu. karena begitu besar Kasih SetiaNya, baru setiap hari maka penderitaan hari ini akan berakhir dengan indah dalam rancangan Tuhan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda!