Selamat Datang di Blog saya! Tuhan Memberkati...

SALAM DAMAI DALAM KASIH TUHAN SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT GBU

Jumat, 02 Desember 2011

Yesaya 63:15-19; 64:1-2


MINGGU                   : Advent 2
04
  Desember 2011
Ambilan    : Yesaya 63:15-19; 64:1-3
Sibasaon   :  Lukas 21:28-33
Warna liturgi               : ungu
Topik Mingguan: Pengharapan Mesianis

    
Jumat, 2 desember  2011
Datanglah Ya Tuhan, Datanglah Sumber Keselamatanl!
                                                                                                                                       
1.      Kitab Yesaya ini menurut pembagiannya adalah sebagai berikut: a. Proto Yesaya-pra pembuangan Babel (ps.1-39), b. Deutro Yesaya- Era Pembuangan Babel (ps.40-55) dan c.  Trito Yesaya. Pasca pembuangan (ps.56-66).
2.      Perikop ini adalah era berakhirnya pembuangan Babel. Asa melalui pembebasan hanya ada pada Allah Israel (Yes.55). Pada akhirnya keselamatanpun dinyatakan. Bangsa Israel akhirnya bebas-merdeka, tapi dengan Syarat: Mentaati Hukum dan Keadilan, tidak menyembah berhala, Kesalehan dll (Yes.55-58). Kebebasan sudah menjadi milik mereka, cerita sedih dan miris kini tinggal kenangan dan harus diingat sebagai bagian dari sejarah mereka.
3.      Tapi, dalam perikop ini, kelihatan ada yang masih tersisa dan membekas dalam pandangan Nabi Yesaya paska Pembuangan Babel itu. Peristiwa pembuangan ini memiliki catatan tersendiri, membekas, dan menjadi pergumulan Yesaya. Jika keselamatan adalah janji Allah (baca: fs 56, 60,61, 62) dan akan ditepati-Nya, maka bagi Yesaya janji itu harus direalisasikan sebab beban psikologis, sosial, ekonomis dan terutama spiritualitas mereka terlalu besar dan berat. Janji sudah disebutkan, dan keselamatan pun sangat dinantikan.
4.      Untuk itu, Yesaya berdoa secara khusus kepada Tuhan Allah, mengharapkan pertolonganNya datang. Maka di ayat 7, Yesaya teringat akan kasih setia Tuhan dan perbuatanNya yang masyur ditengah kegelisahannya itu. agaknya Yesaya dalam doanya ini ‘menuntut’ dalam keputusaasan yang begitu dalam. Bagian ini seperti Mazmur dalam keluhannya (Mzm. 44) dalam pola tradisional yang dimulai dengan mengingatkan pada tindakan penyelamatan Allah di masa lampau, pengakuan dosa, dan berakhir dengan permohonan belas kasihan (bdk. Ul. 32).  Ada beberapa permintaan dalam doa ini yang menyuguhkan sebuah pengharapan total akan campur tangan Allah. Bagian pertama ini hendak mengatakan sebuah doa dalam keluhan dan keputusasaan:
Ø  Ay. 15. Pandanglah dari Surga dan lihatlah dari kediamanMu yang Kudus dan agung!
Yesaya meminta Tuhan untuk melihat fakta akan keadaan mereka. Maka Yesaya ingin Allah dalam kecemburuan dan keperkasaan [baca: untuk mengatakan bahwa mereka adalah bangsa pilihanNya yang sedang menderita] dan kasih sayangNya melakukan tindakan penyelamatan, segera! Yesaya tahu bahwa dalam kecemburuan dan keperkasaan juga kasih setiaNya, maka keselamatan itu bisa diwujudkan!
Ø  Ay. 16. Bukankah Engkau Bapa Kami!
Terjemahan ini mengisyaratkan suatu situasi hipotesis – bandingkan Yes.49:15: dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya...? sekalipun dia melupakannya, Aku tidak melupakan engkau! Yesaya memberikan sebuah pengakuan bahwa, Tuhan Allah dalam pandangan dogamtis mereka sejak dahulu adalah Bapa mereka, penebus mereka. Bahkan ketika jaman dan era telah melupakan mereka yang dipembuangan ini, bagi Yesaya Tuhan Allah akan tetap mengingat mereka sebagai anak-anak Allah.
Ø  Ayat. 17-18. Mengapa Engkau biarkan kami sesat!
Bagian ini hendak mengatakan bahwa dosa dan kejahatan mereka sehingga mereka tidak takut kepada Tuhan adalah karena  kejahatan mereka sendiri, sehingga orang fasik pun bisa menghina tempat kudusNya. Tapi, dibalik semua itu, Yesaya merasa Allah sepertinya membiarkan hal itu terjadi. Pada titik ini, pemahaman Yesaya jelas, bahwa Allah bisa memulihkan situasi ini. Untuk itu, ia mengajukan dirinya sebagai ‘tawaran’ akan pembelaan dari Tuhan.
Ø  Ay.19. jika kondisi ini dibiarkan terus, maka bagi Yesaya mereka [bangsa Israel] sepertinya tidak memiliki sejarah bersama dengan Allah. Padahal, jelas dalam sejarah bangsa ini berada dalam pemerintahan dan pimpinan Allah itu sendiri. Dalam kondisi pembuangan itu, Yesaya merasakan mereka sebagai bangsa tak bertuan dan berTuhan dan tak berdaulat.

Bagian kedua dalam perikop ini hendak mengatakan sebuah keyakinan dalam doa Yesaya bahwa Allah adalah pengharapan mereka yang bisa mengubah keadaan itu.
Ø  64:1-3. Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau Turun!
Masih bernada putus asa, Yesaya sangat mengharapkan pertolongan Tuhan. Maka kalimat pertama di ayat 1 diatas hendak menegaskan sebuah pernyataan pengandaian dalam keputusasaan Yesaya bahwa; jika saja, seandainya, kalau saja,  sama dengan kata sekiranya dalam perikop ini yang mau menyebutkan jika, seandainya, kalau saja Allah datang, turun dan bertindak maka keselamatanpun akan terwujud. Seandainya Allah datang maka bagi Yesaya gunung-gunung bergoyang, bangsa-bangsa gemetar dalam segala kedahsyatanNya itu. inilah yang menjadi kerinduan mendalam dari Yesaya yang sedang menanti-nantikan pertolongan Tuhan.
5.        Tepat sekali perikop ini dalam minggu Advent kedua ini. Menanti, berharap, menunggu! Menjadi roh dari pergumulan orang percaya. Yang dinanti dan ditunggu dalam pengharapan adalah campur-tangan dan pertolongan Tuhan untuk mengatasi pergulatan bangsa Isarel pada saat itu. kerinduan seperti ini juga yang diharapkan hadir dalam konteks minggu-minggu Advent menjelang Natal, yaitu kehadiran Tuhan Allah untuk menolong manusia melewati setiap babak kehidupan yang penuh dengan pergumulan itu, sekaligus sebuah penantian panjang akan hadirnya Tuhan untuk yang kedua kalinya dalam dunia ini, dengan seluruh keadilan dan kekuasaanNya. Amin.


Referensi.
1.      Alkitab, LAI, Jakarta 2001
2.      Dianne Bergant, CSA and Robert J. Karris, OFM (Ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 2002
3.      W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, a dictionary of the Bible, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
4.      Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, jilid II M-Z: Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1999
5.      W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
6.      Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda!