Minggu : 8 Set. Trinitatis
Ambilan : 1 Raja-Raja 21:1-16
Sibasaon : Podah 16:16-20
Bahan sermon tgl 1 agustus 2009
Jangan Merampas Hak Orang Lain!
1. Secara umum, Kitab Raja-raja menceritakan secara rinci pemerintahan Salomo, Pembangunan Bait Suci dan kemerosotan Salomo sampai menjadi tidak setia. Dosa Salomo dan kebodohan anak-anaknya mengakibatkan kerajaan terbagi dua, Utara dan Selatan: Israel dan Yehuda. Sebagian dari Kitab 1 Raja-raja ini membicarakan soal Kerajaan Utara, terutama pemimpin-pemimpin mereka yang musyrik dan penuh dengan dosa.
2. Tema Kesetiaan dan ketidaksetiaan seorang pemimpin terungkap dalam sejarah deutronomis, termasuk kitab raja-raja. Kesetiaan dan ketidaksetiaan itu ditentukan berdasarkan ketaatan terhadap hukum Yahwe.ketidaktaatn itu, kentara terlihat dalam perikop ini.
3. Salah satu pemimpin/raja Israel yang memperlihatkan ketidaksetiaan itu adalah Raja Ahab. Ahab ini adalah putra dan pengganti raja Omri. Dan memerintah sebagai Raja ke-7 Israel selama 22 tahun, kr tahun 874-852 sM (1 Raj 16:28). Ia menikah dengan Izebel, putri Etbaal, raja orang Sidon.
4. Selama kurun pemerintahannya, Ahab sebenarnya beruntung dengan kehadiran Elia sebagai nabi ilahi. Tapi, Ahab dipengaruhi Istrinya sehingga melakukan banyak dosa dan pelanggaran. Berikut ini beberapa dosa dan kejahatan Ahab: 1.membangun kuil tempat menyembah ilah baal di Samaria (1 Raj 16:32). 2.Bersama dengan nabi palsu menyembah Baal (1 Raj 18:19,20). 3.Menghasut untuk menentang Yahwe secara terbuka. 4.dan Penyerobotan Tanah Yabot. Hal ini memperlihatkan bahwa Ahab melakukan yang jahat di mata TUHAN lebih dari semua pendahulunya ( 1 Raj 16:30).
5. Perikop ini berbicara tentang keserakahan Ahab dan Istrinya dan kesetiaan Nabot dan keluarganya. Hal ini akan kita lihat dari kronologis sikap Ahab terhadap Nabot.
Pertama (ay.1). Nabot orang Yizreel mempunyai kebun anggur di samping istana Ahab.
Kedua (ay. 2). Ahab tertarik pada tanah milik Nabot. Kita tidak tahu pasti luas tanah Nabot tersebut, namun dalam teks ini, Ahab tertarik untuk memilikinya. Lalu Ahab melakukan pendekatan dengan memberi dua opsi kepada Nabot yaitu: Tukar Guling atau jual-beli. Nampaknya penawaran Ahab ini akan menguntungkan secara ekonomis terhadap Nabot. Sampai di sini, Ahab tidak melakukan kesalahan.
Ketiga (ay. 3). Nabot tidak mau menjual tanahnya dengan alasan tanah itu adalah milik pusaka nenek moyangnya. Keuntungan materi tidak menyilaukan Nabot, dan akhirnya baik itu Tukar guling atau jual-beli tidak terjadi. Nabot memiliki alasan yang kuat dengan penolakannya ini. Ia berpedoman kepada ketaatannya akan Hukum Tuhan (lih.Im.25-23-28: tanah pusaka tidak boleh dijual mutlak, karena milik TUHAN dan bndk Yosua 13) .
Keempat (ay.4). Ahab kecewa dan kesal, berbaring ditempat tidur dan tidak mau makan.
Kelima (ay.5-7). Kekecewaan ini diketahui oleh Izebeel, istrinya. Tragisnya, istri Ahab ini bukanlah perempuan yang bijak dan baik bagi suaminya. Bagi, Izeebel kasus ini adalah masalah kecil, karena mereka adalah raja dan penguasa.
Keenam (ay.8-10). Izeebel merebut kuasa Ahab, yaitu nama dan materai kerajaan dan menusun rencana membunuh Nabot. Izeebel menyusun surat perintah atas nama Ahab dan merekayasa sebuah tuduhan bagi Nabot agar ada alasan untuk membunuhnya. Isi dari tuduhan itu adalah: Nabot telah mengutuk Allah dan raja. Hal ini diperkuat oleh dua orang dursila yang mau berdiri sebagai saksi dusta.
Ketujuh (ay.11-13). Skenerio ini berjalan dengan mulus. Nabot dibunuh dengan dilempari batu sampai mati dan bukan hanya saja Nabot yang mati, tapi juga beserta anak-anaknya (lih. 2 Raj 9:26). Eksekusi ini dilakukan kepada pemilik tanah (Nabot dan anak-anaknya) supaya proses pengambil-alihan secara paksa ini tidak terhalang oleh ahli waris.
Kedelapan (ay.14-16). Berita tentang eksekusi itu disampaikan kepada Izeebel lalu diteruskan kepada Ahab. Proses pengambil-alihan tanah Nabot pun berlangsung, Ahab tidak memprotes tindakan Izeebel, ia setuju dan mengambil keuntungan dengan cara seperti itu.
6. Masalah Tukar-guling dan jual-beli, sah-sah saja, asal memenuhi norma keadilan dan hukum [formal-legal] dan tidak ada yang dirugikan di dalamnya. Namun pada prakteknya, sering dilakukan dengan modus paksaan (di negeri ini bisa terlihat dari penggusuran atas nama pembangunan yang kerap tidak memperlihatkan keadilan bersama). Pemaksaan / perampasan tidak boleh dilakukan karena bertentangan dengan ajaran kekristenan.
7. Ahab adalah tipologi penguasa, kaya yang tidak merasa puas dalam hidupnya. Dia masih menginginkan sebidang tanah milik orang lain, dan berusaha mendapatkannya walau cara yang dipakai melewati batas kemanusian dan melanggar hukum.
8. Melalui perikop ini, kita diingatkan bahwa ketamakan selalu membawa kita kepada kegagalan untuk menguasai diri. Ada hak-hak orang lain yang harus dihargai dengan menghormatinya, bukan menguasainya. Jika ingin bisni/usaha/pekerjaan kita seturut dengan Firman Tuhan, belajarlah untuk menghormati hak-hak orang lain dan hak Tuhan atas kehidupan ini. Amen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tuliskan komentar anda!